1.1. Definisi alat tangkap
Pancing cumi-cumi adalah pancing yang mempunyai bentuk atau kontruksi yang khusus yang berlainan dengan bentuk-bentuk pancing lainnya. Bentuk pancing cumi-cumi ini seperti cakar keliling dan bertingkat-tingkat. Pada bagian atas pancing dan demikian juga di bagian bawahnya di beri lubang (mata) yang gunanya untuk mengikatkan tali pancing. Pancing cumi-cumi ini diikat secara berantai dalam satu utas tali yang di hubungkan melalui lubang bagian atas dan bawah pancing. Jadi tidak membuat cabang-cabang seperti pada pancing tangan. Dengan demikian maka pada satu utas tali akan terdapat atau dipasang kadang-kadang sampai berpuluh-puluh pancing. Pancing cumi-cumi ini biasanya digulung pada suatu gelokatau gulungan yang di pasang pada pinggir lambung kapal dan di depannya di beri kawat anyaman yang di beri bingkai dari besi atau pipa dan berada pada bagian sisi luar kapal yang berfungsi sebagai penampung atau penadah cumi-cumi bila ada yang terlepas dari pancing. Pada tepi bingkai anyaman kawat bagian luar do beri roda atau gelok yang fungsinya sebagi alur jalannya pancing baik pada waktu menurunkan maupun pada waktu menarik ke atas kapal sehingga pancing tidak tersangkut-sangkut.
1.2. Sejarah Alat tangkap
Kurang lebih 71 persen permukaan planet bumi kita di tutupi oleh lautan, dimana lautan merupakan tempat berkumpulnya organisme yang sangat banyak. Oleh karena itu Wijarni (1990) menyatakan bahwa perairan laut mempunyai lingkungan hidup yang lebih luas bila di bandingkan dengan perairan darat. Perairan laut meliputi daerah neritic, oceanic, dan bentic. Sehingga di dalamnya terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang merupakansuatu ekosistem.
Flora dan fauna yang terdapat di perairan laut meliputi hewan vertebrata dan avertebrata.Avertebrata dilaut mempunyai keanekaragaman yang sangatr tinggi dan menduduki mata rantai makanan yang sangat penting. Oleh karena itu di dalam dunia perikanan tidak hanya mempelajari tentang ikan tetapi juga mempelajari tentang ikan tetapi juga jenis-jenis non ikan misalnya jenis udang, kerang-kerangan dan cumi-cumi (Loligo sp). Selama ini cumi-cumi (loligo sp) di Indonesia di tangkap dengan menggunakan alat tangkap trawl, purse seine, bagan dan pancing. Alat tangkap pancing yang di gunakan untuk menangkap cumi-cumi belum banyak di gunakan oleh nelayan Indonesia.Tetapi mengingat cumi-cumi mempunyai kandungan protein yang tinggi dan termasuk binatang air yang ekonomis penting atau jenis binatang air yang komersial, maka penangkapan cumi-cumi dengan alat pancing perlu lebih dikembangkan di Indonesia. Karena dengan berkembangnya usaha penangkapan cumi-cumi dengan alat tangkap pancing secara modern membuktikan bahwa usaha ini mempunyai efesiensi yang tinggi. Selain itu cumi-cumi lebih sulit di tangkap dengan jarring di laut, dibandingkan dengan beberapa ikan. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan gerak yang cepat kesegala arah. Hal ini didukung oleh keadaan bahwa alat Bantu lampu penangkapan (light fishing) di Indonesia telah berkembang dengan baik. Karena dalam penangkapan cumi-cumi dengan alat tangkap pancing memerlukan alat Bantu lampu.
1.3. Prospektif alat tangkap
Alat tangkap pancing yang di gunakan untuk menangkap cumi-cumi belum banyak di gunakan oleh nelayan Indonesia.Tetapi mengingat cumi-cumi mempunyai kandungan protein yang tinggi dan termasuk binatang air yang ekonomis penting atau jenis binatang air yang komersial. Maka penangkapan cumi-cumi dengan alat tangkap pancing perlu lebih di kembangkan di Indonesia. Karena dengan berkembangnya usaha penangkapan cumi-cumi dengan alat tangkap pancing secara modern,membuktikan usaha ini mempunyai efesiensi yang tinggi.Selain itu dengan menangkap cumi-cumi dengan alat ini dapat menanggulangi berbagai permasalahan nasional di bidang pertanian antara lain meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan, menciptakan lapangan kerja produktif, meningkatkan devisa non migas dan menjamin tersediannya bahan pangan protein hewani
2. Kontruksi Alat Tangkap
2.1. Kontruksi Umum
Pancing (jigs) terdiri dari badan/batang (stem) plastik yang berwarna dengan panjang sekitar 5 cm dan dilengkapi dengan dua lingkaran kait (rings of hooks) yang masing-masing berjumlah 16 kait. Warna batang pancing yang dijual dipasaran terdiri dari warna orange, biru tua, biru langit, hujau, putih, kuning dan merah (Hamabe, Masyarakat et al.1982)
Mata Pancing (jigs) tersebut dirangkaikan dengan tali nylon monofilament. Jarak antara mata pancing yang biasa digunakan nelayan Jepang adalah 30 cm (Benyami, M.1976). sedangkan menurut Jameson, JP (1979) nelayan Austaralia biasa menggunakan jarak mata pancing 100 cm. Rangkaian pancing tersebut akan digulung oleh penggulung kayu berbentuk elips secara manual (Hamabe, Masyarakat et al 1982).
2.2. Detail Kontruksi
Pancing cumi-cumi ini mempunyai bentuk atau konstruksi yang khusus yang berlainan dengan bentuk-bentuk pancing yang lain.
Bentuk panjing cumi-cumi ini seperti cakar keliling dan bertingkat-tingkat.
Pada bagian atas pancing dan demikian juga di bagian bawahnya diberi lubang (mata) yang gunanya untuk mengikatkan tali pancing.
Pancing cumu-cumi ini diikat secara berantai dalam satu utas tali yang dihubungkan melalui lubang bagian atas dan bawah pancing. Jadi tidak membuat cabang-cabang seperti pada pancing tangan. Dengan demikian maka pada satu utas tali akan terdapat atau dipasang kadang-kadang sampai berpuluh-puluh pancing.
Pancing cumi-cumi ini biasanya digulung pada suatu gelok atau gulungan yang dipasang pada pinggir lambung kapal dan didepannya diberi kawat anyaman yang diberi bingkai dari besi atau pipa dan berada pada bagian sisi luar kapal yang berfungi sebagai penampung atau penadah cumi-cumi bila ada yang terlepas dari pancing. Pada tepi bingkai anyaman kawat bagian luar diberi roda atau gelok (sejenis kerek) yang fungsinya sebagai alur jalannya pancing baik pada waktu menurunkan maupun waktu menarik ke atas kapal sehingga pancing tidak tersangkut-sangkut.
2.3. Karakteristik
Menurut Hamabe, Masyarakat et al (1982) alat tangkap jigger (squid jigging) dibagi menjadi :
1. Hand line and pole and line jigging gear.
1.1. Sokumata
Alat tangkap ini terdiri dari tali ulur (hand line) yang berjumlah tiga buah dan masing-masing dibentangkan sepanjang 0,3 masyarakat serta tiap tali biasanya diikatkan pada sebuah swivel.
1.2. Tonbo
Sama dengan Sokumata, hanya berbeda panjang tali dan dioperasikan dengan sebuah tongkat
1.3. Hanego
Cirinya adalah adanya dua tongkat bamboo yang diikatkan pada sebuah pegangan kayu. Tiap batang bambu dihubungkan dengan sebuah tali dengan sebuah mata pancing.
1.4. Serial jigging
Pada garis besarnya sama dengan Sokumata, hanya saja setiap tali membawa beberapa mata pancing, tanpa diberi umpan dan biasanya terdiri dari 2 kumpulan kait.
1.5. Clam jig
Merupakan modifikasi dari Serial Jigging, yang diopersikan pada kedalaman yang lebih rendah. Berbeda dengan Serial Jigging, bagian bawah dari 2 tali dihubungkan dan dilengkapi dengan pemberat.
1.6. Smoth jig
Terdapat 20 sampai 30 mata pancing (jigs) yang dirangkaikan pada tali dengan jarak 1 meter dan diberi pemberat. Dioperasikan dengan mengulur dan menggulung tali tersebut pada sebuah tali.
2. Hand operated jigging reel
Merupakan perbaikan dari smooth jig untuk meningkatlan sefisiensi penangkapan dan mnegurangi tenaga kerja. Dengan jalan mempergunakan penggulung berkerangka kayu yang berguna untuk memasukkan dan mengangkat kembali pancing dari dalam air.
3. Automated jigging machines
Merupakan mekanisasi dari hand operated jigging reel. Sehingga satu mesin penggerak mampu menggerakkan dua penggulung yang bersebelahan serta dapat mengatur kecepatan penggulung secara stabil.
2.5. Bahan dan Spesifikasinya
Alat tangkap pancing jigger beserta penggulungnya diperinci sebagai berikut :
v Penyanggah penggulung
Bahan : Kayu
Ukuran : Tinggi 80 cm
Lebar 30 cm
v Penggulung (reel)
Bahan : Kayu dan Bambu
Bnetuk : Elips
Ukuran : Diameter pnjang 25 cm
Diameter pendek 17,5 cm
Lebar 22,5 cm
v Roller depan (guide roller)
Bahan : seng
Ukuran : Diameter luar 15 cm
Diameter dalam 5 cm
v Tali (line)
Bahan : Nylon momofilament
Diameter : 1 mm
Panjang : 10 m
Interval : 30 cm dan 100 cm
v Mata Pancing
Bahan : Plastik, karet dan stailess steel
Panjang total : 9,5 cm
Panjang batang/badan (stem) warna : 4,7 cm
Jml. Lingkaran kait : 2 buah
Jml. Kait (hook) tiap lingkaran kait : 16 buah
Berat mata pancing : 25 gram
Warna batang/badan (stem) : Hijau dan Merah
v Swivel
Bahan : Stainlees steel
Jumlah : 1 buah
3. Hasil Tangkapan
Alat tangkap pancing ini di gunakan untuk menangkap cumi-cumi, mengingat cumi-cumi mempunyai kandungan protein yang tinggi dan termasuk binatang air yang ekonomis penting atau jenis binatang air yang komersial. Selain itu cumi-cumi lebih sulit di tangkap dengan jarring di laut, dibandingkan dengan beberapa ikan. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan gerak yang cepat ke segala arah. Di dalam perairan pancing tersebut ke atas melewati gerombolan cumi-cumi yang berada di sekitar pancing akan terkait
4. Daerah penangkapan
Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini , mulai dari pantai sampai laut lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu meter (hamabe, M et al. 1982).pendapat ini di dukung oleh Hickman,p (1973) bahwa cumi-cumi yang aktif banyak di temukan di laut terbuka(the open sea).Spesies loligo spp. Termasuk cumi-cumi neritic (neritic squids). Yaitu hidup di daerah parairan di atas continental shelf.Cumi-cumi neritic mempunyai ciri-ciri yaitu melakukan pergerakan di urnal. Selain itu cumi-cumi juga melakukan migrasi musiman untuk mencari makanan dan bertelur.
5. Alat Bantu Pengkapan
Penggunaan lampu mutlak digunakan untukmenagkap cumi-cumi dengan alat tangkap pancing cumi-cumi ( jigger). Karena cumi-cumi merupakan jenis binatang air yang tertarik pada cahaya (phototaksis positif). Lampu yang digunakan dalam penagkapan cumi-cumi dengan alat tangkap jigger adalah lampu pijar, lampu karbit dan petromaks atau stromking.
6. Tehnik operasi.
Prinsip penangkapan dengan alat tangkap pancing (line fishing) adalah dengan menawarkan umpan yang terpasang pada mata pancing dan jika di makan oleh ikan atau hewan air lainnya yang tertarik. Maka mata pancing akan juga termakan. Selanjutnya dengan tali pancing, ikan atu hewan air tersebut akan di angkat dari mata pancing.
Dalam penangkapannya, biasanya pancing cumi-cumi tersebut cukup di ulur demikian saja melalui gelok atu kerekyang berada pada bingkai anyama kawat bagian luar ke dalam parairan yang adagerombolan cumi-cuminya menjulur sampai beberapa puluh pancing.kemudian pancing di gulung kembali ke dalam gelok atau rol penggulung pancing. Didalam perairan pancing tersebut bergerak keataas mealewati gerombolan ciumi-cumi yang berada di sekitar pancing terkait. Cumi-cumi yang sudah terkait pancing akan terangkat keatas dan terus di tarik melewati blok atau kerek di pinggir luar bingkai kawat anyaman kemudian barada da anyaman kawat dan biasanya langsung terjatuh keatas anyaman kawat tersebut dan selanjutnya terus merosot keatas kapal. Pergerakan pancing cumi-cumi waktu di gulung dengan gelok penggulung tidaklah rata, akan teteapi tersendat-sendat yang merupakan sentakan –sentakan kecil. Hal ini dapat terjadi Karena adanya bentuk sudut-sudut yang terjadi dalam pemasangan kayu penghubung pada gelok penggulung,dengan sentakan-sentakan kecil inilah cumi-cumi akan dapat tersangkut pada pancing.
7. Hal – Hal yang mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
- Intensitas Cahaya
Keberhasilan penamgkapan dengan alat tangkap jigger dipengaruhi oleh factor imtensitas cahaya dimana dengan penggunaan jumlah petromaks yang semakin banyak akan meningkatkan intensitas cahaya. Dengan besarnya intensitas cahaya tersebut akan mampu menambah radius daerah phototaksis, sehingga kemampuan mengumpulkan cumi-cumi semakin bertambah. Selain itu warna mata pancing juga memerlukan intersitas cahaya yang cukup, agar warana mata pancing nampak / terlihatoleh cumi-cumi. Karena tertangkapnya cumi-cumi disebabkan oleh metode optical bait, maka warna mata pancing harus memiliki sifat-sifat : Kenampakan yang jelas, kekontrasan, menyerupai mangsa dan terdapat gerakan – gerakan kecil. . gerakan –gerakan kecil padaalat tangkap jigger dihasilkan oleh penggulung (Reel) yang berbentuk elips, karena mampu menghasilkan “ jigging motion”, yaitu gerakan tersendat-sendat dari mata pancing yang diharapkan akan diasosiasikan sebagai mangsa cumi-cumi yang bergerak disuatu lapisan perairan
- Warna Mata Pancing
Menurut Judd, D. B. and G. Wyszecki (1975) menyatakan bahwa timbulnya persepsi terhadap warna dari suatu benda mengikuti aturan sebagai berikutt :
Radius energi yangbberasal dari sumber cahaya akan menyinari objek yang berwarna, setelah itu beberapa energitersebut akan dipantulkan ke arah mata, dimana besarnya energi yang dipantulkan tergantung dari sifat warna benda itu sendiri. Kemudian energi itu akan memasuki pupil dan sampai ke retina. Dimana beberapa energi akan diserap oleh pigment photosensitive dari sel batang dan sel kerucut. Selanjutnya akan disalurkan pada syaraf optik dan pada akhirnya impuls dari syaraf akan mengontrol aktifitas otot – otot dan kelenjar- kelenjar.
Perbedaan warna mata pancing mampu memberikan pengaruh yang berbeda pula pada hasil tangkap, karena semakin besar panjang gelombang dari suatu warna maka akan semakin besar chaya yang dipantulkannya. Dimana warna merah mempunyai panjang gelombang yang besar akan lebih dominan memantulkan cahaya dibandingkan warna hijau yang mempunyai panjang gelombang yang lebih kecil. Warna hijauhanya dapat memnatulkan cahaya dengan intensitas cahaya yang rendah.
Dari proses timbulnya persepsi terhadap suatu warna tersebut diatas, dapat disimpulkanbahwa factor yang terpenting adalah kemampuan memantulkan sinar dari warna benda yang disinari tersebut, disamping besarnya radian energi yang dihasilkan oleh sumber cahaya.
Daftar pustaka
Benyami, M, 1976. Fishing With Light> Fishing News (books) Ltd. England.
Hamabe, M, C. Hamura and M. Ogura, 1982. Squid Jigging From Small Boat. The Food and Agriculture Organization of United Nations. Fishing News (books) Ltd. England.
Hickman, C. P, 1973. Biology of Invertebrates. The C.V. Mosby Company. Saint Louis.
Jameson, J.P, 1979. Southern Australian Squid Fishery Resource, GEAR AND Methods. In Australian Fisheries Volume 38 (4) 1979. Fisheries Division. Departement of Primary Industri. The Australian Government Publishing Service. Canberra.
Judd, D. B, and G. Wyszecki, 1975. Color Business, Science and Industry. Third Edition. John Wiley and Sons Ltd. Canada.
S, Naryo. Sadhori, 1985. Teknik Penangkapan Ikan, Bagian 2. Mutiara Offset. Denpasar.
Wibowo, B. H, 1991. Studi Tentang Pengaruh Jarak dan Warna Mata pancing Jigger Dengan Intensitas Cahaya Yang Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Cumi-cumi (Loligo Sp) Diperairan Paciran Kabupaten Lamongan. Universitas Brawijaya. Fakultas Perikanan. Malang.
Wijarni, 1990. Diktat Avertebrata Air. Universitas Brawijaya. Fakultas Perikanan. Malang.
0 komentar:
Posting Komentar